Kamis, 24 Maret 2016

Apa dan Siapa yang Menggerakkan Kita?

Setiap hari kita melakukan pekerjaan, menyelesaikan tugas, bergumul dengan kesibukan. Sepertinya hal-hal itulah yang mengerakkan kita, atau memaksa kita untuk bergerak. Sebenarnya, kita bisa lebih dari itu.

INSPIRASI HIU VS SALMON

Untuk masakan Jepang, kita tahu bahwa ikan salmon akan lebih enak dinikmati jika ikan tersebut masih dalam keadaan hidup saat hendak diolah untuk disajikan. Jauh lebih nikmat dibandingkan dengan ikan salmon yang sudah diawetkan dengan es. Itu sebabnya para nelayan selalu memasukkan salmon tangkapannya ke suatu kolam buatan agar dalam perjalanan menuju daratan salmon-salmon tersebut tetap hidup. Meski demikian pada kenyataannya banyak salmon yang mati di kolam buatan tersebut.

Bagaimana cara mereka menyiasatinya?

Para nelayan itu memasukkan seekor hiu kecil di kolam tersebut. Ajaib! Hiu kecil tersebut "memaksa" salmon-salmon itu terus bergerak agar jangan sampai dimangsa.
Akibatnya jumlah salmon yang mati justru menjadi sangat sedikit.

Diam membuat kita mati!
Bergerak membuat kita hidup!

Apa yg membuat kita diam?

Saat tidak ada masalah dalam hidup dan saat kita berada dalam zona nyaman.
Situasi seperti ini kerap membuat kita terlena.
Begitu terlenanya sehingga kita tidak sadar bahwa kita telah mati! Ironis, bukan.??

Apa yg membuat kita bergerak?
Masalah..
Tekanan Hidup.. dan
Tekanan Kerja..
Saat masalah datang secara otomatis naluri kita membuat kita bergerak aktif dan berusaha mengatasi semua pergumulan hidup itu.
Di saat saat seperti itu biasanya kita akan ingat Tuhan dan berharap kepada-Nya.
Tidak hanya itu, kita menjadi kreatif, dan potensi diri kita pun menjadi berkembang luar biasa.

Ingatlah bahwa kita akan bisa belajar banyak dalam hidup ini bukan pada saat keadaan nyaman, tapi justru pada saat kita menghadapi badai hidup.. Itu sebabnya syukurilah "hiu-hiu kecil" yang terus memaksa kita untuk bergerak dan tetap survive.

Masalah hidup adalah baik, karena itulah yg membuat kita terus bergerak. Mungkin "hiu-hiu kecil" itu bisa berbentuk siapa dan apa saja dalam hidup kita,nikmati saja:karena itu akan menjadikan kita hebat ! [anonim]

_______________________________________________________________________________

Kita lebih sering terjepit diantara tarikan tugas dan dorongan aturan (foto: republiknews.com)

Pernah tahu cerita tersebut? Ya, itu adalah cerita yang menyebar secara viral di social media. Apa hikmah yang bisa dipetik dari kisah tersebut? Apakah Kamu berpikir bahwa dengan masalah kita bergerak, karena itu kita perlu bersyukur ketika mendapat masalah? Ya, hikmah yang demikian memang ada benarnya. Setidaknya itulah kurang lebih yang dimaksudkan oleh pembuat ceritanya.

Sebenarnya, kisah tersebut justru menunjukkan kepada kita bahwa seperti itulah kenyataan dalam hidup kita. Kita digerakkan oleh masalah, tugas atau pekerjaan. Satu sisi, itu memang membuat kita menjadi aktif untuk melakukan tindakan. Dari sudut pandang itu kita memang harus bersyukur.

Namun hal itu menunjukkan kenyataan kita yang sebenarnya pasif. Jadi kita dalam posisi diaktifkan, bukan aktif lantaran keinginan, bukan bergerak karena kesadaran. Kalaupun kita sadar, maka kesadaran kita seperti saat berangkat kerja sambil mengendarai sepeda di Senin pagi. Diri enggan, tetapi keharusan membuat kaki secara otomatis mengayuh pedal sepeda. Kita berada di posisi tengah yang pasif, dihimpit oleh tarikan tugas dan dorongan aturan. Kita tidak benar-benar menjadi manusia yang berkeinginan.

Jadi, ketika aku membaca cerita tersebut, aku tertampar bukan karena ada kesalahan sikap dan perbuatan dalam mensyukuri nikmatnya masalah, tetapi lebih karena ternyata selama ini gerakku (apakah Kamu juga?) lebih banyak ditentukan oleh sesuatu di luar sana, bukan kesadaran memilih yang berasal dari dalam sini. Jadi tulisan ini membuatku bersyukur untuk kembali ingat agar selalu memulai dari kesadaran karena keinginan, membuat lompatan inovasi, dan tak berhenti mencipta karya. Ya, karena menginginkannya, bukan melulu karena dipaksa oleh kewajiban.

Kalau Kamu?

Tidak ada komentar :

Posting Komentar